Senin, 20 April 2015

Secarik Kertas




Mendekatlah dan duduk di samping ibu nak. Ibu ada sedikit cerita dan permohonan padamu. Iya ibu, bergegaslah dia datang dan bertanya. Apa itu ibu?

Dulu waktu ibu hamil 5 bulan ayah kamu pergi entah kemana.. Jauh jauuuuhhh sekali. Lalu setelah  kamu mulai masuk kuliyah ibu tidak sengaja melihat surat kabar waktu dipasar ibu menjual sayuran, ternyata ayah kamu telah secara diam - diam menikah lagi dengan anak pengusaha kaya.

Tolong kamu angkat sedikit kasur ibu, disitu ada secarik kertas, ambil dan bacalah. Ibu sengaja menyimpan dan menunggu waktu yang tepat.

Kamu anak ibu satu - satunya, ibu sengaja memberi nama satria agar kelak kamu benar - benar menjadi seorang kesatria.. Tapi permintaan ibu,

Bila nanti kamu beristri perlakukan istrimu seperti kamu menyayangi ibu mu. Jangan sesekali kamu seperti ayahmu. Iya buk satria ngerti maksud ibu. Jawab dia dengan memeluk dan menghapus air mata ibu nya
yang sudah hampir sebulan berbaring sakit dikamar. Ibu sudah mau pergi nak, jaga dirimu baik - baik. Yang terpenting jangan lupa kan sholat dan doakan ibu tenang dialam sana.

Ibu berkata apa sih buk? sudah ibu tenang aku ambilkan bubur nya dulu, satria suapin makan ya buk.

Dan betapa terkejutnya satria melihat ibunya yang sudah tidak bernyawa dan memeluk secarik kertas itu.

Ibu.. Ibu.. Ibu...
Merasa tak percaya begitu seterusnya satria memanggil - manggil ibu nya.

Selasa, 03 Maret 2015



Satu kesalahan telah membuatku sulit untuk melangkah. Kata percaya telah hilang darimu. Lelah sudah untuk ku meyakinkanmu. Meski ku tahu semua ini khilafku. Maaf dari mu menyimpan seribu tanda tanya. Benarkah tulus dari hatimu.
Setelah kita putuskan untuk merajut kembali benang-benang cinta yang telah patah. Aku sudah tidak mau lagi seperti orang yang bodoh.

Tuhan bila aku memang tak baik biar aku merubah semua itu demi aku bukan karna orang lain. Ku yakin maaf dari Mu lah segalanya bagiku. Aku hanya sebagian dari makhluk Mu yang tak sempurna penuh dosa. Sudah lah Tuhan aku janji padaMu.

Aku hanya bisa tertunduk lesu. Banyak berzdikir menyebut nama Mu. Itu satu-satunya jalan terbaik bagiku. Bukan begitu Tuhan ku??
Lelah sudah, capek, letih menumpuk dibenak ku. Satu kata ampuni aku Tuhan. Hapuskan sesalku lebih mendekatkan diriku pada Mu.
Maaf kan aku meniadakan Mu. Kini terimalah taubat ku.

Kamis, 26 Februari 2015


     Malam ini otak ku telah membeku. Tersumbat semua persendianku. Ingin ku, kau selalu menjadi selimut disetiap mimpi indahku. Oh tapi tidak! Ini hanyalah segumpal rasa rindu. Tepat seperti sehari setelah aku bilang sayang padamu. Seperti itulah rasaku.

    Aku adalah kau. Kau adalah aku. 
Memiliki sejuta makna dimana apa yang aku rasa kau pun juga merasakannya. 
Diruang sempit ini aku menyimpan banyak harapan. Membuat lembaran hidup kita menjadi lebih indah dan berwarna.  

    

Selasa, 25 November 2014

Secangkir Teh Panas Mujarab


Sedari malam suhu tubuh ku trus meningkat. Waktu menunjukkan pukul 03.05 dini hari. Demam ini sungguh menyiksaku. Ku lihat ibuku selalu berusaha menenangkanku. Membelai rambutku, membacakan dongeng, bernyanyi lagu kesukaan ku dengan nada lirih seperti memelas.

Usiaku yang masih terbilang kecil dan masih duduk dibangku Taman Kanak Kanak.

Tidak hanya ibuku yang mencoba berbagai macam cara membuatku berhenti menangis bahkan sebisa mungkin tidur. Dia adalah ayahku.

Ini kali pertama aku menginjakkan kaki ku dirumah baruku. Mereka orang tuaku bilang ini yang dinamakan penyesuaian. Mungkin karena dulu ketika bayi ku dirawat oleh nenekku di rumah tuanya.

Demam itu semakin menyiksaku. Mulailah aku memanggil nama dia nenekku. Dibawalah aku segera. Setibanya dipintu dapur ibuku mengetuk pintu yang terbuat dari bambu. "Mbok,, mbok,, mbok buka pintunya," Bergegas dia bertanya siapa? Ini cucumu, jawab ayahku terbata-bata.

Tanpa banyak kata dia pegang jidad ku yang semakin memanas. Diambillah segenggam daun kelapa kering, nyalakan api dan mulailah memasak air. Ini cara tradisional jaman dulu. Sembari menunggu sesendok gula dan teh bandol yang tersaring telah siap dicangkir. Air mendidih, tuang dan segera minum. Inilah yang namanya secangkir teh panas mujarab.

Tenang, tidur hingga pagi menyapa. Sang surya pun memecah gelap.
Ayam-ayam sibuk mencari makan.
Aku semakin lelap dengan bantal kucelku.

Matur Sembah Nuwun "Mbok"


Kamis, 06 November 2014

Pesan Kala Senja


Ayunan itu mengingatkanku pada masa kecilku. Tertawa, ceria, gembira dan bahagia. Selalu dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Sengaja dibuat oleh ayahku digantung dipohon rambutan. Dialah super heroku. Itu julukan yang tepat buat ayahku.

Senja dikala itu indah, merah merona. Sendiri aku bermain ayunan. Melamun karna super heroku memarahiku. Haah.. "Hanya karna ulahku yang menyebalkan tanpa alasan". Hanya kesal sekaligus benci yang aku rasa. Lalu dengan sadarku aku tau. Ayahku datang padaku dan berbisik lirih ditelingaku yang sengaja kuselipkan bunga sepatu. "Ngger mbesok bakale kowe gedhe, lan masalah iku yo tansoyo gedhe, sing pinter milah-milah lan milih, jujur kui nomer siji, mlaku sak mlaku sing ngati-ngati". Masih terdiam dan tetap membisu. Dengan watak kakuku.

Tiada yang bisa kembali lagi. Masa itu telah hilang. Hanya serba-serbi kenangan yang tertinggal dibenakku. Kini ayunan itu mulai merapuh. Saksi bahagiaku dan pesan dikala senja.

Trimakasih ayahku.


Sayang..
Kerjamu selalu sampai larut malam.
Jangan sampai membuat otakmu kram. Jaga kondisimu?. Diluar sana dingin mulai mencekam.

Sayang? Kamu tau nggak? Aku bosan. Setiap hari hanya jejaring sosial perantara kita. Aku diteras, dibawah lampu remang-remang ku sendirian. Memandang luas lalu lalang jalanan. Aku hanya berharap melihatmu dari kejauhan.